Playing with Parametric

Pengantar – @Erwin4rch

01. LASER CUT

Laser cutting semakin hari, semakin terasa kehadirannya di dalam dunia desain dan bangunan. Bidang industri melihat hal ini sebagai sebuah ranah baru yang memberikan “peluang” baru berikut kemungkinan iterasi dan pengembangan nya di masa mendatang.

Pemain pemain baru bermunculan. Mesin printing 3D dan cutting didatangkan untuk berpacu dalam ladang teknologi baru. Kebutuhan kebutuhan baru mulai timbul. Software, pengolahan data, kebutuhan operator, designer, 3D modelling dsb. Mereka bermunculan seperti kepingan-kepingan puzzle yang pelan pelan melengkapi dan membentuk gambar utuh.

Selagi kepingan kepingan tersebut saling melengkapi… pertanyaan pertanyaan berulang mulai mulai muncul…

“How do I make these patterns ?”

“How do I make NEW patterns?”

“How do I make 3D for my 3D carving machine?”

and so on….

Pertanyaan tersebut muncul dengan sendirinya, menjawab tantangan bisnis berjalan. Untuk dapat survive, anda harus berbeda, memiliki traits khusus yang menjawab kebutuhan pasar saat itu.

2. EDUKASI & SOFTWARE

Pendidikan desain (arsitektur, interior, desain grafis dan sejenisnya) sedang berpacu dengan kemajuan teknologi. Percepatan teknologi, seringkali membuat sistem pengajaran yang ada saat ini menjadi tidak relevan (obsolete). Bahkan hanya dalam hitungan tahun / bulan, sudah bermunculan hal baru lainnya.

Pembelajaran desain dengan menggunakan modelling 3D, seringkali berakhir pada model di dalam komputer (imajinary model). Belum ada – tuntutan lebih / keinginan lebih – untuk mencoba “jembatan” baru… yaitu melanjutkan 3D tersebut menjadi 3D yang nyata secara fisik.

Hal ini yang kemudian dinamakan proses “manufacturing”

Dua dunia…

Dua dunia dengan pendekatan ujung yang berbeda.

Edukasi dengan pendekatan pola pikir dan idealisme, & Manufaktur dengan pendekatan bisnis dan efisiensi.

Hal ini kemudian menimbulkan pertanyaan pada diri sendiri…

Berapa banyak dari kita “curious enough” mencoba menyeberangi “jembatan” ini untuk belajar sesuatu… Who knows what we’ll get…

3. THE QUESTION… (?)

So…

let me throw this questions for us…

“Apakah desain lasercut harus selalu mencari di internet ?”
Apakah tidak ada cara lain membuat pola lasercut?”
“Kenapa masih sedikit rekan rekan yang mencoba memproduksi pattern 2D/3D menjadi nyata ?”
(atau ada yang mencoba tapi kurang terekspos ?)
“Mengapa rekan-rekan manufacturing sering mengalami kesulitan dengan hal desain ?”

Pengantar II – @awzmorz

Bagi kalangan arsitek, akhir-akhir ini tentu cukup akrab dengan istilah Parametric Design, sebuah tren ‘desain’ yang kerap kali diasosiasikan dengan karya-karya Zaha Hadid, dengan bentuknya yang terkesan futuristik dan mungkin tidak bisa terbayangkan melalui pola pikir konvensional.

Namun sebenarnya, apa Parametric itu? Gampangnya, Parametric merupakan sebuah metode desain, dimana kita memakai bantuan komputer untuk menghasilkan suatu bentukan desain, namun di dalam prosesnya… kita memberikan parameter tertentu yang mendefinisikan seberapa jauh komputer tersebut bisa bereksplorasi.

Di Indonesia sendiri, metode parametric masih cukup jarang implementasinya. Umumnya dikarenakan dua hal, yaitu karena proyek yang ada belum cukup kompleks untuk membutuhkan kemampuan parametric, serta keterbatasan SDM dan teknologi guna mewujudkan hasil desain parametric.

Akan tetapi, itu tidak serta-merta membuat parametric menjadi satu hal yang irrelevan dan tidak perlu dipelajari; justru setidaknya kita perlu belajar dari sekarang, karena lambat laun kultur desain di Indonesia akan terus berkembang, dan skill parametric akan dibutuhkan kelak.

Kita bisa mulai dari hal-hal yang mungkin terbilang cukup sederhana. Minimal, kita bisa belajar dan mengetahui bagaimana proses parametric ini dapat berjalan hingga terwujud secara riil. Terkait hal ini, kami berkesempatan untuk belajar sekaligus mengimplementasikan metode desain secara Parametric ini terhadap fasad pada salah satu eksplorasi kami.

4. “STEPPING ON THE BRIDGE…”

Anda tidak akan kemana mana bila tidak menantang diri anda sendiri.
Dalam proses brainstorming, kita mencoba mengusulkan tantangan pada diri sendiri. Kemungkinan eksplorasi seperti apa yang tepat dilakukan pada situasi tersebut. Setelah melalui serangkaian diskusi, tantangan yang muncul sebetulnya adalah satu frasa sederhana… :

“Bagaimana bila kita membuat patra, yang tidak dapat dibuat secara manual oleh tukang…?”

Kalaupun memaksa dibuat secara manual, seharusnya akan memakan lebih banyak waktu dan biaya.

Frasa tersebut kemudian membawa kami untuk mencoba membuat 3 cerita, untuk diterapkan pada 3 panel sederhana.

  1. Patra berulang dengan gradasi perubahan ketebalan / ukuran secara parametric
  2. Patra 3D dengan fleksibilitas desain dan kecepatan produksi
  3. Patra dot sederhana, yang dapat merespon image Black & White (BW) sehingga membentuk gambar serupa dengan image tersebut dengan merubah ukuran diameter dot secara parametric.

Patra 1: Eksplorasi permainan offset dalam parametric design.
Tools: Rhino & Grasshopper

Dilakukan dengan membuat modular pattern yang dapat mengalami perubahan ukuran seiring dengan bertambahnya ketinggian dari bidang. Eksplorasi yang dilakukan adalah menciptakan sebuah parameter yang dapat melakukan hal tersebut.

Patra 2: Eksplorasi contour intersect dalam parametric design.
Tools: Rhino & Grasshopper

Dilakukan dengan membuat suatu modul kontur yang terikat dengan parameter, sehingga lebih mempunyai fleksibilitas tinggi, mudah diubah dan disesuaikan kembali sesuai dengan kebutuhan. Desain yang dihasilkan berupa panel dengan motif gelombang yang memiliki tonjolan-tonjolan 3 dimensi.

Patra 3: Eksplorasi perforated facade dalam parametric design.
Tools: Revit & Dynamo

Dilakukan melalui medium perforated panel, dimana lubang-lubang yang terbentuk dapat merespon terhadap suatu gambar. Dalam hal ini, gambar yang digunakan cukup sederhana, yaitu gambar gradasi hitam putih, dimana semakin gelap warna pada gambar, lubang akan semakin mengecil, dan demikian sebaliknya. Parameter ini juga dapat diaplikasikan pada objek yang bersifat lebih kompleks, misalnya membuat motif perforated panel membentuk wajah seseorang, atau foto seperti dibawah ini.

Setelah berproses, dan melalui serangkaian pembelajaran baru. (belajar manufaktur itu ternyata menyenangkan…), maka pada akhirnya 3 rangkaian proses eksplorasi panel dapat ini terpasang pada bangunan.

Module in workshop
Module in Place

Akhir kata, karya ini bukan mengangkat hasil akhir sebagai sebuah trophy. Setiap panel yang akan terpasang di sana akan mempunyai sebuah cerita. Cerita yang mengandung makna pembelajaran, pola pikir, dan jembatan ke arah manufaktur. Cerita yang dapat diturunkan dari angkatan satu ke angkatan berikutnya.

“It’s about story…

Every panel, has it’s own story…”

Regards,
Theo – Erwin
@2022